Konflik SARA pada Pilkada DKI Jakarta di Grup WhatsApp dengan Anggota Multikultural
Isi Artikel Utama
Abstrak
Keanekaragaman SARA di Indonesia melahirkan masyarakat multikultural. Dalam kehidupannya, komunikasi antarbudaya tidak dapat dihindarkan. Salah satu medium dalam melakukan komunikasi antarbudaya adalah media sosial. Pada masyarakat multikultural isu SARA menjadi faktor utama penyebab terjadinya konflik. Di Pilkada DKI Jakarta 2017, isu SARA di grup WhatsApp marak menyebar termasuk anggota grup yang heterogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan konflik isu SARA pada Pilkada DKI Jakarta 2017 di grup WhatsApp dengan anggota multikultural. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Dalam membahas penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka teori manajemen konflik dari Martin, J. N. dan Nakayama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik terjadi karena ada anggota grup menyampaikan pesan bukan berangkat dari kesamaan anggota grup, yakni kepentingan dan tujuan awal dibentuknya grup. Pesan disebarkan dengan menganggap wujud pembelaan terhadap suatu agama. Ketika konflik terjadi, strategi pengelolaan konflik yang diterapkan adalah strategi mengompromikan (compromising) dan menghindar (avoiding). Dalam grup terdapat anggota yang berperan sebagai cultural brokers.
Rincian Artikel
Kebijakan yang diajukan untuk jurnal yang menawarkan akses terbuka
Syarat yang harus dipenuhi oleh Penulis sebagai berikut:- Penulis menyimpan hak cipta dan memberikan jurnal hak penerbitan pertama naskah secara simultan dengan lisensi di bawah Creative Commons Attribution License yang mengizinkan orang lain untuk berbagi pekerjaan dengan sebuah pernyataan kepenulisan pekerjaan dan penerbitan awal di jurnal ini.
- Penulis bisa memasukkan ke dalam penyusunan kontraktual tambahan terpisah untuk distribusi non ekslusif versi kaya terbitan jurnal (contoh: mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan penerbitan awalnya di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mem-posting karya mereka online (contoh: di repositori institusional atau di website mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena dapat mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya sitiran yang lebih awal dan lebih hebat dari karya yang diterbitkan. (Lihat Efek Akses Terbuka).
Referensi
APJII (2016) Infografis, Penetrasi Dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2016. 2016.
Erdianto, K. (2016) Jelang Pilkada 2017, Hanya DKI Jakarta yang Paling Rawan Isu SARA. [Online]. 2016. Kompas.com. Available from: http://nasional.kompas.com/read/2016/11/28/17051701/jelang.pilkada.2017.hanya.dki.jakarta.yang.paling.rawan.i [Accessed: 13 May 2017].
Gudykunst, W.B. (2003) Cross Cultural and Intercultural Communication. Thousand Oaks, California, Sage Publications, Inc.
Hennink, M., Hutter, I. & Bailey, A. (2010) Qualitative Research Methods. Thousand Oaks, Sage Publications, Inc.
Hidayatullah, A. & Tanjung, E. (2017) Pengamat Militer: Isu SARA di Pilkada DKI Sangat Berbahaya. [Online]. 2017. Suara.com. Available from: http://www.suara.com/news/2017/03/20/162353/pengamat-militer-isu-sara-di-pilkada-dki-sangat-berbahaya [Accessed: 13 May 2017].
Humaedi, M.A. (2014) Kegagalan Akulturasi Budaya dan Isu Agama dalam Konflik Lampung. Analisa. [Online] 21 (2), 149. Available from: doi:10.18784/analisa.v21i02.11.
Jati, W.R. (2013) Kearifan Lokal Sebagai Resolusi Konflik Keagamaan. Walisongo. 21 (November), 393–416.
Kristo, F.Y. (2013) Kisah Kelahiran Line, Kakao Talk, WeChat dan WhatsApp. [Online]. 2013. Available from: http://inet.detik.com/read/2013/05/29/112805/2258887/398/kisah-kelahiran-line-kakao-talk-wechat-dan-whatsapp [Accessed: 5 February 2016].
Lee, M., Neeley, G. & Stewart, K. (2012) The Practice of Government Public Relations. London, CRC Press.
Liliweri, A. (2005) Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta, LKiS.
Martin, J. N. dan Nakayama, T.K. (2010) Intercultural Communication in Contexts. 5th edition. New York, McGraw-Hill.
Martin, J.N. & Nakayama, T.K. (2010) Intercultural Communication In Contexts. 5th edition. New York, McGraw-Hill.
Nasrullah, R. (2012) Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Nasrullah, R. (2015) Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung, Simbiosa Rekatama Media.
Samovar, L. A., Porter, R. E. dan McDaniel, E.R. (2014) Communication Between Cultures. 7th edition. Jakarta, Salemba Humanika.
Satria, L. (2016) Isu SARA Menyebar karena Media Sosial yang tidak Terkendali. [Online]. 2016. Republika.co.id. Available from: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/10/27/ofplzo282-isu-sara-menyebar-karena-media-sosial-yang [Accessed: 13 May 2017].
Smith, J.A., Flowers, P. & Larkin, M. (2009) Interpretative phenomenological analysis: theory, method, and research. Thousand Oaks, Sage.
Tashandra, N. (2017) Pilkada Jakarta Rasa Pilpres, ‘Turun Gunungnya’ Mega, SBY, dan Prabowo. [Online]. 2017. Kompas.com. Available from: http://nasional.kompas.com/read/2016/09/23/07344301/pilkada.jakarta.rasa.pil [Accessed: 13 May 2017].
Utami, A.D. & Triyono, R.A. (2011) Pemanfaatan Blackberry Sebagai Sarana Komunikasi Dan Penjualan Batik Online Dengan Sistem Dropship Di Batik Solo 85. Speed - Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi. [Online] 3 (3), 33–40. Available from: http://ejurnal.net/portal/index.php/speed/article/view/499.
Zeitzoff, T. (2011) Using Social Media to Measure Conflict Dynamics. Journal of Conflict Resolution. [Online] 55 (6), 938–969. Available from: doi:10.1177/0022002711408014.